Tiga Hari Sabat

Hi there,

Baru saja aku berselancar di facebook (maklum lah, kalo ga ada kerjaan di kampus, ya mainan FB hehehe). Tapi kali ini aku nemuin suatu note yang paling pas sama pemikiranku. Kisahnya sangat menginspirasi banget. Yap, tentang perdamaian. Andai aja 3 agama mayor ini bisa hidup dengan damai. Jujur sih aku agak muak sama perbuatan intoleran yang mengatasnamakan SARA di Indonesia. Harusnya negeri kita bisa saling hidup ke-bhinneka-an kan?

Jadi buat kalian pecinta kedamaian, semoga bacaan yang sudah aku embed ini bisa menginspirasi kalian. Kalo kalian tertarik buat diskusi, jangan sungkan-sungkan komen, oke.

Alkisah, di sebuah desa kecil – seorang Muslim,Yahudi, dan Kristiani – bertani dengan berbagi lahan. Orang Muslim melihat Hari Jum’at sebagai Hari Sabat, Orang Yahudi memandang Sabtu sebagai Hari Sabat, dan Orang Kristen memandang Minggu sebagai Hari Sabat.

Suatu Hari Jum’at di musim gugur, sekitar tengah hari, Orang Yahudi dan Kristen sedang menyelesaikan persiapan lahan mereka. Ketika mereka sedang makan siang, mereka memperhatikan bahwa lahan rekan Muslim mereka belum juga mulai dipersiapkan.Orang Kristen berpikir ” Apabila tidak disiapkan hari ini, mungkin sekali besok akan hujan dan ia tidak akan pernah selesai menanam.” “Saya rasa saya bisa membantu sedikit lahannya, dan tentunya akan membuat pekerjaannya lebih mudah”

Di sisi yang lain dimana lahan yang bersebelahan, Orang Yahudi juga ternyata memiliki ide yang sama. Tanpa berkonsultasi terlebih dahulu kedua pria itu menyelesaikan persiapan lahan rekannya yang Muslim.

Keesokan harinya ketika si Muslim mendapatkan lahannya telah siap ditanami, dia sangat gembira dan berkata “Tentunya Allah telah mengirimkan malaikat – malaikatnya untuk menyiapkan tanahku, sementara saya berhari Sabat.”

Ketika musim panen tiba, lahan ketiga sahabattersebut sudah siap panen. Di hari Minggu, Orang Yahudi dan Orang Muslim memanen tanaman mereka sementara sahabat mereka yang Kristen sedang merayakan Hari Sabat. Setelah selesai memanen tanaman mereka, Si Yahudi memperhatikan ladang si Kristen, temannyapun sudah siap panen. Ia berpikir “Apabila dia tidak panen hari ini, dia akan kehilangan sebagian panenannya.” “Saya akan membantu memanenkan paling tidak sampai petang tiba.”

Rekannya yang Muslim juga memiliki pemikiran yang sama walau tanpa sepengetahuan Sahabatnya yang Yahudi. Diantara mereka, akhirnya mereka memanen seluruh ladang. Pada Hari Seninnya, ketika si Orang Kristen mendatangi ladangnya, ia menemukan bahwa seluruh panennya telah selesai dipanen. “Sebuah Keajaiban” pikirnya. ” Sementara saya merayakan Hari Sabat, Malaikat Tuhan memanennya”.

Selama musim giling, Si Muslim dan Kristen bekerja di Hari sabtu. Sementara Rekan mereka yang Yahudi merayakan Hari Sabat. Setelah selesai menggiling tanaman miliknya, Si Muslim melihat ke ladang sebelah dan berpikir, “Apabila Sahabat Yahudi saya tidak mengumpulkan tanamannnya hari ini, hujan mungkin sekali akan menghanyutkan panenannya dan dia akan kehilangan. Saya akan menggilingkan sebagian panenannya siang ini”.

Tanpa diketahuinya Sahabatnya yang Kristen juga memutuskan melakukan hal yang sama. Secara terpisah, kedua orang itu menggiling, mengumpulkan dan menutupi seluruh hasil panenan.

Ketika Hari Sabatnya selesai, Orang Yahudi tersebut menemukan biji – bijiannya telah digiling. Ia memendang keatas dan berdoa ” Terpujilah Engkau Ya Tuhan, Allah segala Alam Semesta, yang telah sudi mengirimkan Malaikat Mu, sementara saya merayakan SabatMu”.

Disadur dari Karangan

William White

dalam One Hundred Wisdom stories from Around the World

Kalo kamu mau buka sumbernya bisa, klik di note ini. See ya!

Leave a comment